Kamis, 18 Februari 2016

Teori Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGaSrtmJEbCyHlxZwkeRgeSVO5gRffOU5PNK6h1ou1wrJDkygZmHKj3WuOYRW73xD2vFR13-yJOYfFm7-1YEtj4S3nxELMvVb7c9GZ73iGxE8mKc7ksqkvinXQbAOLEWwRwKGd0eu1eD_q/s1600/jalur+masuknya+hindubudha.gif


(Bismillahhirahmaanirrahiim)

-Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ga cuman berkembang di India, tapi juga ke Negara lain termasuk Indonesia.



#Gimana sih caranya mereka bisa berkembang?


Pertama aku bakal ngejelasin tentang posisi Indonesia dulu nih. Jadi kepulauan Indonesia itu terbentang dari timur India dan menjadi kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Pas lagi jamannya perkembangan teknologi pelayaran, wilayah Indonesia jadi daerah persimpangan lalu lintas perdagangan, yaitu oleh India dan Cina. Hal ini berlangsung sejak abad ke-1 Masehi. Mula-mulanya sih mereka pake jalur darat (jalur sutra). Nah mungkin karena kurang efektif, jadi mereka pake jalur laut sehingga secara ga langsung terjadilah perdagangan antara Cina dan India yang melewati Selat Malaka. Terciptalah hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina. Horee!



      But, gimana ‘lebih jelasnya’ mereka berkembang sih masih belum tau. Ya namanya juga sejarah! Jadi masih perlu kita teliti lagi. Tapi beberapa orang mengemukakan pendapat mereka dan sekarang udah ada beberapa teori yang diakui Indonesia. Ada yang bilang 4 teori, ada juga yang bilang 5 teori. Aku sendiri masih belum yakinwhich one is the right one. Berikut aku bakal ngejelasin kelima teori tersebut (yaa pilih yang lebih lengkapnya aja deh!)




https://arifyudisejarah2006.files.wordpress.com/2009/01/kshatriya.jpg?w=450
    1. Teori Ksatria

      Bisa juga dibilang teori kolonisasi. Teori ini diungkapkan oleh F. D. K. Bosch, C. C. Berg, dan Mookerji. Menurut teori ini, budaya India masuk ke Indonesia dibawa oleh para ksatria dengan cara penaklukkan daerah-daerah tertentu di Nusantara. Teori ini muncul karena pernah terjadinya kekacauan politik di India yang menimbulkan beberapa pihak kalah sehingga mereka jadi terdesak. Akhirnya mereka kabur ke Indonesia. Dengan begitu, teori ini nekenin kalo penduduk Indonesia dikuasi oleh penduduk India. 
Kelebihan teori ini: 
  • Biasanya yang punya semangat berpetualang dan menaklukkan daerah lain tuh umumnya dimiliki oleh kaum ksatria.
Kelemahannya:
  • Gol. Ksatria ga menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
  • Kurangnya bukti-bukti peninggalan
Coba deh kita pikirin, kalo emang bener yang nyebarin agama dan kebudayaan Hindu-Buddha itu gol. Ksatria, pasti ada peninggalannya semacam jaya prasasti, jayastamba, tugu kemenangan, dll kan? Tapi pada kenyataannya ga ditemuin yang kaya gitu. Adapun prasasti Tanjore yang nyeritain tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, ga bisa nguatin teori ini. Kenapa? Soalnya penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11, sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harusnya udah ada pada waktu yang lebih awal lagi.


https://arifyudisejarah2006.files.wordpress.com/2009/01/kshatriya.jpg?w=450

             2. Teori Waisya

      Dicetuskan oleh N. J. Krom. Menurut beliau, orang India dateng ke Indonesia untuk berdagang. Para pedagangnya diyakini menetap di Indonesia, trus mereka berinteraksi dengan penguasa-penguasa Indonesia. Ada juga yang nikah sama wanita-wanita Indonesia. Jadilah diyakini bahwa yang ngebawa budaya India itu kaum Waisya (pedagang).
Kelebihan:
  • Coba kita pikir, pedagang pasti ngebutuhin area perdagangan yang luas agar lebih untung kan? Di Indonesia kan luas tuh, apalagi SDA nya juga melimpah. Nah, jadi teori ini masuk akal juga
  • Agama Hindu cuman bisa didapetin karena keturunan, maka para pedaganglah yang nurunin agama Hindu dengan orang Indonesia, sehingga agamanya dapat tersebar
Kelemahan:
  • Gol. Waisya ga menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
  • Peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ditemuin lebih banyak di pedalaman Indonesia. Harusnya kalo emang bener agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dibawa sama kaum Waisya, berarti persebarannya lebih banyak di daerah pesisir pantai dong?


https://donipengalaman9.files.wordpress.com/2014/09/kasta-brahmana.jpg
          3. Teori Brahmana


      Dikemukakan oleh Van Leur. Teori ini bilang bahwa yang ngebawa kebudayaan India ke Indonesia itu  ya orang-orang Hindu yang berkasta Brahmana. Jadi, konon sih mereka diundang dateng ke Indonesia oleh para penguasa Indonesia sebagai akibat kontak perdagangan dengan India. Tujuan undangan ini untuk nerhadapan dengan orang-orang India dengan taraf yang sama dan untuk meningkatkan keadaan negerinya.
Kelebihan:
  • Kaum Brahmana menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
  • Cuman kaum Brahmana lah yang bisa ngadain upacara khusus untuk menjadikan seseorang menjadi pemeluk Hindu (Vratyastoma)
Kelemahan:
  • Kslo dalam tradisi agama Hindu, kaum Brahmana tuh ga boleh nyebrangin lautan. Lho terus mereka ke Indonesia gimana ya?


https://arifyudisejarah2006.files.wordpress.com/2009/01/panah.jpg?w=450           4. Teori Arus Balik


    Dicetuskan oleh F. D. K. Bosch. Merasa pernah mendengarnya? Ya, beliau yang sebelumnya mencetuskan teori Ksatria. Teori arus balik juga sebenarnya merupakan lanjutan dari teori Brahmana. Menurut teori ini, yang udah berperan dalam penyebaran kebudayaan India di Indonesia adalah kaum cendekiawan yang berasal dari Indonesia sendiri *lho. Jadi awalnya tuh ada pendeta yang mengunjungi Indonesia untuk mengajarkan agama Hindu-Buddha kepada calon-calon pendeta di kalangan istana. Nah, melalui para calon pendeta tersebut nanti bakal timbul suatu ikatan langsung *ea._. dengan India. Selanjutnya para pendeta Indonesia gantian, mengunjungi India guna memperdalem agama Hindu dan Buddha. Setelah itu mereka balik lagi ke Indonesia untuk menyebarkan ajaran yang telah mereka dapatkan di Indonesia.
Kelebihan:
  • Emang bener ada kemungkinannya kalo para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama dan budaya Hindu-Buddha. Tujuannya untuk apa? Ya ngarepnya sih dengan ilmu yang mereka dapetin dari India, nanti kaum bangsawannya bisa berkuasa di Indonesia dengan mencontoh kebudayaan Hindu-Buddha
Kelemahan:
  • Tapi kalo dipikir-pikir lagi, kemungkian orang Indonesia untuk belajar agama Hindu-Buddha ke India juga susah sih. Soalnya pas masa itu orang Indonesia masih bersifat pasif.


https://donipengalaman9.files.wordpress.com/2014/09/teori-sudra.jpg            5. Teori Sudra

      Inilah teori (tambahan) yang ke-5. Teori ini dikemukakan oleh Van Faber. Teori ini ngejelasin kalo jaman dulu tuh di India terjadi banyak peperangan sehingga kaum Sudra (kaum budak) bermigrasi ke wilayah Indonesia. Mereka menetap disini, malahan ada yang nikah sama masyarakat pribumi juga. Jadilah mereka sekalian nyebarin agama dan kebudayaan Hindu-Buddha juga. Sejak itu, ada peningkatan yang signifikan terhadap kepercayaan Hindu dan Buddha.


    Kelebihan:

    • Let's think it again. Kaum Sudra kan mungkin udah stres tuh di India, jadi mereka ke Indonesia untuk mengubah kehidupan mereka (soalnya mereka di India jadi pekerja kasar atau budak sih!). Hm, masuk akal kan?

    Kelemahan:
    • Mereka mau ke Indonesia, tapi ga bisa menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Gimana dong?
    • Sayangnya, umumnya mereka juga ga punya ilmu pengetahuan/pendidikan
    • Biasanya kalo budak itu ada tuannya kan? Kalo mereka ke Indonesia, pasti ada kasta yang lebih tinggi dari mereka yang nganterin mereka (yaitu tuannya). Lho, trus jadi yang nyebarin agama Hindu-Buddha itu kaum Sudra atau tuannya? Hayo siapa hayoo...



    Dari kelima teori tersebut, ada teori yang paling dipercayai. Hmm, apakah kalian bisa menebak apakah teori tersebut. Clue nya, liat aja yang paling kuat itu kira-kira golongan apa? Yap, golongan kaum Brahmana. Soalnya Teori Brahmana lah yang punya bukti-bukti yang nyata seperti;

    • Agama Hindu itu bukanlah agama yang demokratis karena urusan keagamaan itu hanya dimiliki oleh kaum Brahmana, sehingga hanya golongan Brahmana lah yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
    • Prasasti yang pertama di Indonesia berbahasa Sanskerta. Sedangkan di India sendiri baha itu cuman digunain dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Kalo disimpulkan, maka kaum Brahamana lah yang ngerti dan nguasaain pengunaan bahasa tersebut.





    Sekian penjelasan dari “Teori Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia”. Informasi-informasi yang aku sampein bersumber dari:
    Farid, Samsul. 2013. Sejarah Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

    Senin, 01 Februari 2016

    Zaman Batu: Karakteristik dan Peninggalannya



    .      Zaman Batu

    Yak, sebelumnya aku akan memperingati kalian bahwa yang aku post berikut ini kira-kira hanya meliputi karakteristik dan peninggalannya. Jadi, sumimasen ya kalau kurang informasinya :p.

    Coba kalian pikirkan, zaman batu itu apa sih? Zaman dimana batu is in everywhere? Or... When human use it to do their activities? Nah kira-kira ga beda jauh dari yang kalian pikirkan kok. Zaman batu adalah periode dimana alat-alat yang digunakan dalam kehidupan manusia purba itu sudah terbuat dari batu. Meskipun masih ada alat-alat yang terbuat dari tulang dan kayu, namun alat-alat tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali karena tidak tahan lama. Justru zaman ini didominasi oleh batu.

    Zaman batu disebut juga zaman praaksara, yaitu zaman pas belum dikenalinya tulisan.
    Berdasarkan karakteristik peninggalannya, zaman batu terbagi atas beberapa periode tertentu sebagai berikut:

    ü   Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
    Diperkirakan berlangsung selama masa Pleistosen sekitar 600 ribu tahun silam. Karakteristik zaman ini adalah hidupnya yang berpindah-pindah (nomaden), berburu dan mengumpulkan makanan langsung dari alam. Pada zaman ini alat-alat budaya yang dibuat juga berasal dari batu yang telah disederhanakan. Ala-alat kebudayaan yang berasal dari zaman ini telah banyak ditemukan di sekitar Pulau Jawa.

    Ada 2 macam kebudayaan zaman ini antara lain kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong. Kebudayaan pacitan menghasilkan kapak perimbas, kapak penetak dan kapak genggam. Pendukung kebudayaan pacitan ini adalah Pithecanthropus Erectus. Peninggalan dari kebudayaan pacitan ini adalah sejenis chopper (kapak penetak) atau kapak penggenggam. Alat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatera Selatan).

    Sedangkan kebudayaan ngandong juga menemukan kapak (genggam) seperti di Pacitan. Peninggalannya adalah dengan ditemukannya batu flakes dan batu chalcedon. Juga adanya alat dari tulang (bone culture). Pendukung kebudayaan ini adalah Homo solensis dan Homo wajakensis. 

    ü Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
    Zaman ini terjadi pada masa Holosen (zaman es berakhir), yaitu sekitar 20 ribu tahun silam. Zaman ini ditandai dengan adanya usaha untuk lebih menghaluskan alat-alat yang digunakan dalam bentuk perkakas dengan cara menggosok-gosok permukaannya. Karakteristik zaman ini adalah dengan kehidupannya yang masih berburu, tapi sudah punya tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.

    Seorang peneliti dari Jerman. Van Stein Callenfels membagi kebudayaan Mesolitikum menjadi 3:
    a.       Pebble Culture in Sumatra Timur
    Kjokkenmoddinger adalah ciri utama kehidupan zaman ini, yaitu penumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang di sepanjang pantai.
    Pada tahun 1925, Dr. P. V. Van Stein Callenfels menemukan peninggalannya di bukit kerang di sepanjang pantai timur Sumatra itu, yaitu kapak genggam yang lebih halus  dibandingkan dengan zaman Paleolitikum, disebut juga Pebble. Selain itu, ada juga kapak pendek (hache courte).

    b.      Sampung Bone Culture
    Pada tahun 1928-1931, lagi-lagi si Van Stein Calenfels ini menemukan batu seperti ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang dan tanduk rusa. Alat-alat tersebut ditemukan di dalam abris sous roche, yaitu gua-gua yang jadi tempat tinggalnya manusia purba pada zaman ini.

    c.       Toala Flakes Culture
    Abris sous roche juga ditemukan di Sulawesi Selatan. Ada flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Ada juga abris sous roche  di daerah Timor dan Rote yang ditemukan oleh Alfred Buhler. Di dalamnya ada flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah (eak).


     ü  Zaman batu Muda (Neolitikum) 
     Ciri khas zaman ini adalah dengan alat-alatnya yang sudah diasah lebih halus dengan bentuk yang semakin baik (jadi dari dulu noh batu terus-terusan diasah #syifa’sconclusion). Hal ini karena teknologinya yang sudah lebih maju dan kompleks. Selain itu ada juga tembikar. Kehidupan mereka pun juga sudah mulai menetap dan mulai berubah from food gathering to food producing. 

    Peninggalan-peninggalannya sudah menyebar di Nusantara berupa peralatan dapur, untuk berburu dan upacara keagamaan. Contohnya seperi kapak lonjong dan kapak persegi. Nah kapak-kapak ini sudah lebih halus lagi. Selain itu ada juga alat-alat lain yang digunakan untuk bekerja seperti pacul, beliung dan tarah. Adapun untuk upacara digunakan batu akik (wus jadi batu akik tuh udah dari jaman dulu? Kok syifa baru tau._. Ya tapi kayanya ga seperti yang sekarang kan ya?), ge;ang-gelang, perhiasan dan tembikar.

    Ada hal yang menarik dari persebaran peralatan pada zaman ini, yang dibagi menjadi 3 daerah persebaran yang berbeda (2 daerah berbeda dan 1 daerah campuran). Daerah Sumatra, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan Barat adalah persebaran kapak persegi. Kalau persebaran kapak lonjong ada di daerah timur Indonesia, yaitu Papua (Irian Jaya). Ada juga daerah campuran penyebaran kapak lonjong dan kapak persegi, yaitu di Sulawesi dan daerah-daerah Sumbawa Timur. 

    ü Zaman Batu Besar (Megalitikum) 
     Kebudayaan Megalitikum bukanlah zaman yang berkembang sendiri, melainkan hasil budaya  yang muncul pada zaman Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Sesuai dengan judulnya, batu-batu yang digunakan pun juga berukuran besar. Bentuk peninggalan zaman ini lebih bersifat kerohanian daripada untuk keperluan fisik manusia.

    Peninggalan terpenting dari zaman ini adalah:
    a.       Menhir, batu tugu yang dibuat sebagai sarana penyembahan nenek moyang.
    b.      Dolmen (ingat, bukan delman!), meja batu yang digunakan sebagai tempat meletakkan sesajen untuk arwah nenek moyang.
    c.       Sarkofagus (hayo kira-kira untuk apa?), kubur batu yang terbuat dari batu utuh dengan cara melubangi bagian tengahnya, lalu diberi tutup dari batu juga.
    d.      Punden berundak-undak, bangunan yang digunakan untuk memuja arwah nenek moyang.
    e.      Pendhusa, gabungan antara dolmen dan kubur batu yang bagian atasnya ada meja batu dan di bawahnya ada kubur batu.
    f.        Arca, patung yang melambangkan wujud nenek moyang sebagai simbol/wujud yang akan disembah.


    Kajian pustaka:
    Farid, Samsul. 2013. Sejarah Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

    One of My Experiences



    .      My happy experience, but at the same is sad too/?

    Salah satu pengalamanku yang paling sangat berkesan sekali (*wus pemborosan kata) adalah ketika perpisahan kelas 9. Aku saaaangat senang. Lho, perpisahan kok malah seneng? Ya, actually this is my experience that was so fun yet so sad, very sad for me. Yang membuatku senang adalah karena saat itulah aku dapat memuas-muaskan diriku untuk menghabiskan waktu bersama mereka. Ya, teman-temanku tercinta. Aku tidak perlu memikirkan tugas yang menantiku. Ya namanya juga perpisahan, masa iya masih ada tugas? Duh, stres kalau beneran seperti itu. Yaa, palingan cuman rada khawatir aja sih menanti hasil ujian-ujianku dan hasil tes masuk MAN, hehe.

    Kami pergi ke Jogjakarta sejak tanggal 19-21 Mei 2015. Kami pergi ke banyak tempat. Kemana saja? Ehm... Pokoknya banyak deh! (alah bilang aja lupa) Kenangan yang paling indah bagiku adalah ketika kami pergi mengunjungi Candi Prambanan.

    Aku bersama 2 teman dekatku, Nadhifa dan Andhara pergi bersama dari tempat bus berparkir menuju Candi Prambanan. Ketika kami baru datang, kami sudah disambut oleh orang-orang yang menawarkan kami payung. Pertama yang muncul di benakku adalah, “Lho? Untuk apa payung? Untuk bergaya ketika difoto?”. Oalah, ternyata payung itu dimaksudkan untuk melindungi diri kita dari panasnya sinar matahari. Yaampun, pake payung segala! Ga perlu ah, nanti ribedh bawanya. Biarkanlah aku panas-panasan, kan seru. Begitulah pikirku. Tapi ternyata berbeda dengan yang dipikirkan oleh Nadhifa dan Andhara. Mereka tertarik untuk menyewa payung. Yasudah, biarkan saja mereka yang menyewa 1 payung itu hanya untuk mereka berdua. Aku ga perlu ikutan, hehe. Dan terbukti, ternyata ribedh juga bawanya. Baru melalui beberapa lantai di candi, akhirnya mereka memutuskan untuk melipat saja payungnya. Eh, tapi ternyata ada kegunaannya juga deng. Ketika kami disodorkan payung oleh yang lainnya (maksudnya sih nawarin untuk menyewa), kami cukup mengangkat payung kami sambil memberikan kode, “Udah nyewa payung, mba.”

    Duh, bahagia banget waktu itu. Aku bisa bersama dengan teman-temanku. Aku pun juga mengambil beberapa foto bersama orang-orang yang aku sayang (iya beberapa doang, ga banyak soalnya aku rada malu kalo masalah foto-fotoan *ini ciyusan lho*). Tapi sungguh, aku sangat bahagia. Aku dapat menciptakan kenangan yang sangat indah bersama mereka. Ya, kenangan bersama menaiki Candi Prambanan sampai ke puncaknya. 

    Tapi akhirnya aku sadar, bahwa tidak lama lagi aku akan berpisah dengan mereka. I was happy yet so sad. Dan setelah berfoto dengan salah satu teman dekatku dari kelas lain, aku memasuki bus  dan aku pun menitikkan air mata. Aku sangat bahagia, pada akhirnya aku dapat membuat kenangan baru dengannya. Dan kenangan itu dapat aku bentuk ke suatu bentuk yg real, yaitu foto. Biarpun hanya dengan 1x foto, aku sudah merasa sangat bahagia. Tapi disaat yang bersamaan aku juga dilanda oleh perasaan khawatir, sedih dan takut akan berpisah dengannya. Yang membuatku tetap bersemangat adalah dengan optimis akan adanya kesempatan untuk bertemu dengannya kembali.

    Kenangan manis dan pahit yang berkesan bagiku. And this story was told by me for my beloved friends.




    Btw, kenapa guru sejarahku memberikanku tugas untuk menceritakan pengalaman yang berkesan ya? Ya aku menebaknya sih, mungkin beliau ingin membuat kami sadar bahwa sebenarnya sejarah itu erat sekali keberadaannya dengan kehidupan kita. Nah coba pikirkan, apa saja yang telah kalian lalui dengan orang-orang yang kalian sayang. Hal itu dapat kita sebut dengan ‘sejarah’ karena terjadi pada masa lampau, dan merupakan hal yang penting, ya kan?