Rabu, 23 November 2016

Relevan kah Eksistensi GNB?



Pastinya yang nyari posting-an ini udah pada tau GNB itu apa, kan? Kalau belum, coba dicari tau dulu tentang GNB. Aku cuman bakal ngejelasin sekilas tentang GNB disini.

Nah, jadi Gerakan Non Blok (GNB) atau Non-Aligned Movemnet (NAM) adalah gerakan internasional yang terbentuk menjadi suatu organisasi yang terdiri dari 118 negara. GNB ini dibentuk pada tahun 1961 oleh:

·         Joseph Broz Tito (Presiden Yugoslavia)
·         Soekarno (Presiden Indonesia)
·         Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir)
·         Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
·         Kwanw (Presiden Ghana)

Dan negara-negara lainnya yang gamau bergabung dengan negara-negara adidaya. Anggota-anggota GNB ini juga pingin nunjukkin kalo mereka gamau berpihak sama Blok Barat, maupun Blok Timur yang saat itu lagi perang dingin.

Tujuan GNB sebenarnya yaitu:
      1)      Mendukung perjuangan dekolonialisasi dan memegang teguh perjuangan melawan kolonialisme, imperialism, neokolonialisme, rasialisme apartheid, dan zionisme
      2)      Tempat atau wadah bagi Negara-negara yang sedang berkembang
      3)      Mengurangi ketegangan antara Blok Barat dengan Blok Timur
      4)      Tidak membenarkan penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata

Setelah berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989 lalu dan melemahnya kekuatan militer-polirik komunisme di Eropa Timur, sekarang muncul satu pertanyaan.

Masih relevankah keberadaan GNB saat ini?

Jadi, GNB itu masih dibutuhin ga sih? Mungkin kalo mikirnya GNB cuman buat ngilangin keberadaan blok-blok, berarti GNB udah ga dibutuhin lagi. Tapi tujuan dibentuknya GNB ga cuman itu. GNB masih dibutuhin buat ngadepin tantang-tantangan baru setelah perang dingin, terutama dengan adanya jurang pemisah antara negara maju dan negara berkembang yang menjadi krisis dalam hubungan internasional sekarang.

Pada faktanya, kesenjangan ekonomi dan pembangunan sejak perjuangan GNB tahun 1961-1990 masih menjadi pemasalahan sampai saat ini. Interstate dan intra-state war justru muncul dimana-mana. Ini berarti cita-cita GNB buat nyiptain dunia yang aman, tenteram, dan sejahtera masih menjadi tantang bagi berbagai negara.

GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhin karena bisa jadi poros yang punya kekuatan dalam PBB buat merjuangin kepentingan negara berkembang. Hal ini bisa dilakuin karena 60% anggota PBB adalah anggota GNB. Dengan adanya tantangan global, kayak krisis energi, keuangan, keamanan pangan ̶ diperluin partisipasi aktif dalam mencari solusi global.


Maka dari itu, GNB masih relevan sampai sekarang.

Keberadaan GNB masih relevan, sebagai persatuan yang punya sifat penekan terbesar dalam PBB buat menekan negara adikuasa seperti Amerika Serikat.

Salah satu bukti GNB masih relevan adalah dengan terus bertambahnya anggotanya, yaitu Fiji dan Azerbaijan (jumlahnya jadi 120). Relevansi GNB juga bisa diliat dari semangat para pejabat negara anggota dalam menghadiri Konferensi Tingkat Menteri (KTM) DI Bali.

GNB yang udah punya karakter politik sendiri dan kedudukannya yang udah kuat membuktikan relevansi GNB. Apalagi dengan keinginan Rusia yang ingin bekerja sama dengan GNB ̶ menambah aktif peran GNB dalam politik internasional, sekaligus mengaktifkan peran Indonesia secara ga langsung soalnya Indonesia punya peran penting dalam GNB.

Itulah kenapa GNB sangat berperan dalam pembangunan internasional. GNB mau nyiptain suatu pembangunan yang bersifat adil, ga ngebedain antara ngera maju, berkembang, dan miskin di dalam segala bidang. Pembangunan yang dilakuin GNB terfokus pada bidang perekonomian dan kesehatan, karena 2 hal itulah yang sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Caranya bisa dengan meningkatkan investasi, juga bertukar pengetahuan dan teknologi dan negara-negara maju.

Ohh jadi gitu...


Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar